Bismillāhirraḥmānirrraḥīm
Memasuki akhir semester, kesibukan kuliah mengalihkan dari menulis di blog.
Tugas-tugas besar (dengan marking portion lebih dari 25%) sudah mengantri untuk dieksekusi, salah satunya adalah tugas mata kuliah Presenting Academic Discourse, yaitu menulis Literature Review.
Namun, bukannya mulai menulis tugas, tapi saya malah ngulik.
Berawal dari resonansi akan ingatan saya pada postingan seorang kakak kelas di media sosial satu tahun yang lalu, membuat saya kenal dengan note-taking software bernama Obsidian.
Ini bukan kali pertama saya ngulik Obsidian, dulu saat awal kepo sudah pernah saya telusuri.
Impresi pertama saya, aplikasi apa ini, plain, gak banyak tombol fungsional, sudah gitu pakai koding-koding gitu.. gak paham lah gimana makeknya.
Lalu sekarang kepikiran lagi mau nulis literature review dengan integrasi workflow software reference manager andalan saya dan software note-taking. Apakah ini waktu yang tepat untuk uji coba? Rasa penasaran pun mengalahkan rasionalitas penggunaan waktu saya.
Setelah berjam-jam nonton tutorial di situs berbagi video dan menelusur sana sini, saya menghimpun sedikit catatan dasar untuk memulai belajar Obsidian disini:
- Kenali diri sendiri. Apa tipe catat mencatat yang paling efektif menunjang workflow dan karakter kerja kita.
- Install Obsidian: https://obsidian.md
- Pelajari fungsi aplikasi ini, filosofi dibaliknya, dan apakah aplikasi ini akan cocok untuk diadopsi di sistem kerja kita atau tidak.
- Tentukan tema interface yang pas dengan selera. Ingat saat saya cerita impresi pertama saya pada interface Obsidian yang plain dengan dark theme nya. Namun ternyata theme dan semua visual bisa di-custom sesuai selera pengguna.
- Tentukan vault (tempat untuk menyimpan file catatan), apakah akan menggunakan penyimpanan lokal (hardisk) atau online (cloud). Bayangkan juga bagaimana pekerjaan kita nantinya, apakah cukup dengan satu gawai atau akan multi-gawai. Obsidian tersedia gratis untuk pengguna pribadi, namun pengguna perlu membayar untuk fungsi-fungsi tambahan seperti Sync dan Publish.
- Membuat struktur catatan melalui foldering. Ada beberapa kaidah yang dapat dijadikan dasar membuat folder: chronological order, thematic, project-based, functional (contoh: fleeting notes, reading notes, permanent notes).
- Obsidian didukung oleh komunitas plugin yang sangat beragam. Tentukan plugin fungsional yang menunjang pekerjaan. Semakin banyak memasang plugin kelihatannya menunjang produktifitas, namun akan menurunkan daya future-proofing catatan kita nantinya dan yang terpenting mengalihkan kita dari tujuan membuat catatan itu sendiri, yaitu menyerap informasi, memahami dengan bahasa sendiri, dan connecting the dot alias membuat jaring pengetahuan.
- Beranikan diri untuk belajar bahasa koding. Pahami dan hapalkan perintah-perintah dasar markdown syntax, contoh:
- heading 1: #[space] Metodologi
- heading 2: ##[space] Pengumpulan data
- heading 3: ###[space] Alat dan Bahan
- tag: #limitations
- saya sempat bingung waktu mau bikin heading tapi selalu jadi tag cuma karena kurang spasi🥲
- Huruf tebal: **ini huruf tebal**
- Huruf miring: *tulis kata asing dalam huruf miring*
- Highlight: ==keluar di ujian==
- [[..]]
- ![[…^]]
- dan banyak perintah markdown lain yang bisa dicari dengan keyword: markdown cheat sheet, markdown syntax
Demikian catatan dasar dari saya, semoga bermanfaat !
Subhanakallahumma wa bihamdika, asyhadu al-laa ilaaha illaa anta, astaghfiruka, wa atuubu ilaik.