Bismillāhirraḥmānirrraḥīm
Ulima Darmania Amanda
Published June 19 2019 at: http://banten.litbang.pertanian.go.id/new/index.php/info-teknologi/14-alsin/1707-digitalisasi-usaha-tani-dalam-era-baru-pertanian-4-0
Modernisasi pertanian sudah mulai diterapkan Kementerian Pertanian (Kementan) sejak 4,5 tahun yang lalu melalui kerangka Revolusi Industri 4.0 atau dikenal juga sebagai Pertanian 4.0. Pertanian 4.0 adalah pertanian presisi yang dikombinasikan dengan teknologi informasi digital, yaitu big data, internet seluler, dan cloud computing. Versi sebelumnya Pertanian 3.0 adalah pertanian berbasis sistem informasi; Pertanian 2.0 adalah pertanian menggunakan alat mekanik atau mechanical farming; dan versi paling awal pertanian secara tradisional dapat dianggap sebagai Pertanian 1.0.
Implementasi Pertanian 4.0 didefinisikan sebagai Smart Agriculture, Smart Farming, Precision Agriculture, dan Precision Farming. Pendekatan dan penerapan sistem pertanian presisi (precision farming) dapat mendukung agroindustri yang berkelanjutan. Pertanian presisi adalah bertani dengan input dan teknik yang tepat sehingga tidak terjadi pemborosan sumberdaya. Petani dapat mengolah tanah, menanam, merawat, memanen tanaman secara tepat/presisi berdasarkan informasi yang diterima. Informasi tersebut diperoleh dengan bantuan perangkat teknologi digital yang membantu petani menghitung jarak tanam tepat, kebutuhan benih dan pupuk tepat, umur panen dan jumlah panen tepat. Aplikasi dari informasi presisi tersebut disandingkan dengan penggunaan alat mesin pertanian yang serba pintar.
Revolusi industri tersebut mentransformasi pertanian tradisional menuju pertanian modern. Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) oleh Kementan untuk berbagai alat dan mesin (alsintan) pertanian meliputi autonomous tractor, drone sebar benih, drone sebar pupuk granule, alsin panen olah tanah terintegrasi, dan robot tanam.
Rockwell International Corp. melakukan pertanian presisi pada tahun 1995. Perangkat GPS (global positioning system) diinstal pada perangkat pemanen (seperti drone) untuk membuat peta detail kebun disertai dengan data panen. Cara tersebut dapat memetakan lebih banyak lahan subur. Selanjutnya, petani dapat menentukan jenis tanah dan pemupukan dan pestisida yang lebih spesifik untuk setiap lokasi.
Sejak pengadaan drone pada tahun 2018, BPTP Banten telah memanfaatkan perangkat tersebut untuk mendukung kegiatan UPSUS demfarm pajale tahun 2019 (https://www.youtube.com/watch?v=vN2T3yVT0t4), dokumentasi lahan kebun percobaan Pulau Panjang, dan pemetaan kebun percobaan Singamerta dengan aplikasi android Avenza Map (https://www.youtube.com/watch?v=h6QwUnVJ_yo).
Ketersediaan alsintan dan level mekanisasi Indonesia telah meningkat dari 0,22 hp/ha pada tahun 2015 menjadi 1,68 hp/ha di tahun 2018. Level ini masih jauh di bawah level mekanisasi negara maju seperti Amerika 17 hp/ha dan Jepang 16 hp/ha, sementara level mekanisasi Vietnam sudah 1,5 hp/ha. Modernisasi pertanian melalui berbagai alat teknologi sukses meningkatkan kesejahteraan petani pada Nilai Tukar Petani (NTP) maupun Nilai Tukar Usaha Petani (NTUP). Kedua indikator tersebut meningkat masing-masing sebesar 5,45 persen dan 0,42 persen selama periode 2014-2018. Pertanian 4.0 berpotensi meningkatkan efisiensi & produktivitas pertanian yang pada akhirnya mendukung kedaulatan pangan & kesejahteraan petani.
Referensi
Kementerian Pertanian. 2019. Pertanian 4.0 Efisiensi Waktu dan Peningkatan Produktivitas. http://www.pertanian.go.id/home/index.php?show=news&act=view&id=3819. Tanggal akses 10 Juli 2019.
Tohir, W. & Santosa, E. 2018. Precision Agriculture, Towards Welfare 4.0 Farming. http://www.ppsn.id/en/pertanian-presisi-menuju-pertanian-4-0-berkesejahteraan/. Tanggal akses 13 Juni 2019.
Universitas Jenderal Soedirman. 2019. Kuliah Umum Ulas Tentang Pertanian Era 4.0. http://unsoed.ac.id/id/berita/kuliah-umum-ulas-tentang-pertanian-era-40. Tanggal akses 13 Juni 2019.
Subhanakallahumma wa bihamdika, asyhadu al-laa ilaaha illaa anta, astaghfiruka, wa atuubu ilaik.